“Bye Vin” Shasha melambaikan tangan kepada sahabatnya,
Vinna. Vinna balas melambai. Kemudian meneruskan melangkah menuju rumahnya.
Shasa
mengalihkan pandangan dari trotoar ke pagar rumahnya yang setinggi pinggang
orang dewasa. Lalu matanya membesar melihat kotak pos keluarganya “Weew, penuh
banget, aku ambil aja ah” ujar Shasa sambil membuka kotak itu, lalu membawanya
masuk.
“Assalamualaikum
aku pulang” salam Shasa sambil membuka pintu rumah. Ruang tamu sepi, tiba-tiba
Shasa mencium bau harum dari dapur. Dia mengikuti bau itu sampai ke dapur.
Disana ada bunda yang sedang memotong kangkung.
“Hmmm,
bunda, baunya sedap banget!” seru Shasa sambil melongok ke kuali yang bertengger
di atas api kompor gas. “Bunda cuma masak ayam goreng, ikan bakar dan semur
daging trus sayur kangkung dengan makanan penutup pudding stoberi dengan saus
rasa vanilla honey” jawab bunda “Yeee bunda, makanan gitu bunda bilang cuma”
protes Shasa “Btw, bunda aku mau dong pudding nya” Shasa hendak membuka kulkas.
Namun tangannya di tahan bunda. “Eeee,
cuci tangan dan kaki, sholat, ganti baju baru makan” ujar bunda sambil menutup
pintu kulkas. “Ya, deh” Shasa melangkah ke kamarnya yang di lantai dua. Rumahnya
memang bertingkat tapi lantai atasnya cuma ada 4 kamar dan ruang keluarga
sementara ruangan yang lain ada di bawah jadi balkonnya buesar deh.
Setelah selesai sholat Shasa memilih
t-shirt hijau dengan celana hitam di bawah lutut, setelah mematut dirinya
didepan cermin Shasa turun, bau ikan bakar dari tadi terus menggodanya.
Diruang makan ada bunda, kak Diandra
dan Misell adik kecilnya. “Wah udah ngumpul nih ayah mana?” Shasa sambil duduk
di sebelah kak Diandra. Lima menit kemudian terdengar suara mobil memasuki
pekarangan rumah lalu terdengar juga pintu di buka. “Assalamualaikum, halo,
ayah telat ya?” ayah menarik kursi di sebelah bunda. Ayahnya Shasa memang
selalu berusaha menyempatkan diri untuk makan siang bersama meski di tengah kesibukan beliau sebagai
direktur beliau ayah terbaik untuk Shasa!.
Selesai makan Shasa teringat surat
yang di bawanya tadi, dia segera ke ruang tamu dan terlihat setumpuk surat yang
di letakkan di meja tamu. Shasa melihat-laihat dan memilah mana surat untuk
ayahnya dan bundanya juga yang dari iklan-iklan. 10 menit kemudian Shasa
melihat amplop berwarna pink terselip diantara iklan-iklan. Shasa menarik
amplop itu lalu, “Yaay suratku di balas!” sorak Shasa lalu dia bergegas
membagikan setumpuk surat itu, “Tiga untuk bunda, lima untuk ayah dua untuk kak
Diandra lalu iklannya ku kasih ke Misell” gumam Shasa sambil meleset ke kamar
bunda dan memberikan delapan buah surat bergegas ke kamar kakaknya dan
memberikan dua surat. Terakhir dia memberikan iklan-iklan itu pada Misell,
adiknya yang satu ini suka membaca iklan-iklan kemudian di buat menjadi
prakarya apa saja.
“Hhh, aku ngga sabar nih” Shasa
menutup pintu kemudian melompat ke kursi meja belajar yang dekat dengan
jendela.
Sreeet
Shasa merobek amplopnya dengan hati-hati agar suratnya tidak ikut robek. Shasa
membaca surat itu mau tau? Yuk terusin bacanya
Dear my best friend, Shasa
|
Hai Sha,maaf ya suratmu baru
kubalas dua minggu…
|
Setelah kamu mengirim surat
kepadaku, aku camping sama teman sekelasku, jadi belum
|
Sempat balas tapi akhirnya nih
udah terbalas J
|
Oh iya, aku suka banget sama
gelang yang kamu, Thanks banget I love it! J
|
Aku juga ada kejutan buat kamu
udah liat?
|
Aku udah dulu ya, (maaf cuma
pendek aku sibuk)
|
Salam buat keluargamu,
|
Your best friend Andien
|
“Oh syukurlah dia suka gelang itu”
ujar Shasa sambil melihat gelang di tangannya gelang itu berwarna pink dan ungu
bertuliskan ‘FRIEND’ Andien juga punya. “Eh tunggu katanya ada kejutan untukku”
Shasa penasaran dan meraih amplop lalu memeriksanya. “Hey! Kalung, cantik
banget!” kata Shasa kagum kalung itu berwarna perak bertuliskan ‘FRIEND’ juga,
kalung itu memantulkan sinar matahari sore yang mengenainya, Shasa semakin
kagum kalungnya berkilau! Dia segera memakainya.
Dengan segera Shasa mengambil kertas
surat berwarna ungu di laci mejanya. Kemudian segera membalas surat Andien,
sahabat penanya.
Malamnya setelah, makan malam Shasa
belajar bersama kedua saudarinya di kamar kak Diandra “Kakak, kak Dian, ini
gimana caranya kak?” tanya Shasa pada kakaknya yang kelas tujuh itu, “Nih gini
caranya”
Satu jam kemudian, “Nah udah jam
setengah Sembilan nih, ayo siap-siap untuk tidur” ucap kak Diandra sambil
membereskan bukunya. kedua adiknya menurut. Setelah membereskan buku Shasa
pergi kekamarnya. Lalu gosok gigi dan cuci tangan dan kaki. Kemudian berbaring
di bawah selimut. Daaan tidur setelah membaca do’a…
Keesokan paginya, “Hoaam, eegh”
Shasa mengeliat, lima detik dia duduk di kasur dengan mata yang setengah melek,
lalu beranjak ke kamar mandi, dan gosok gigi sekalian sholat subuh.
Setelah siap dengan seragam
sekolahnya Shasa turun untuk sarapan.
“Pagi semua!” sapa Shasa sambil
menarik kursinya “Pagi” jawab bunda dan kakaknya, “Missel and ayah mana?” tanya
Shasa “Belum turun mungkin masih siap-siap” jawab kak Diandra. Shasa mengambil
sebuah roti bakar dengan selai coklat. “Pagi semuanya” suara ayah yang khas
menyapa semua yang di dapur yang juga ruang makan membalas. Tak lama setelah
ayah turun Missel paling akhir turun.
“Nyam, Yah, yuk berangkat” ajak kak
Diandra “Ok, ayo Missel, kamu udah siap kan?” tanya ayah. Yang di tanya
mengangguk . Shasa dan kedua saudarinya pamit kepada bunda diikuti ayah.
“Assalamualaikum bunda kami semua pergi dulu ya” “Waalaikum salam, ayah
hati-hati nyetirnya, anak-anak belajar yang rajin ya”
Di sekolah, saat istirahat kedua,
Shasa menceritakan tentang kalung itu kepada ketiga sahabatnya Vinna, Lila,
Dona dan Fara.
Pulang sekolah, saat makan siang,
“Bun, aku terpilih ikut lomba
melukis lho”cerita Missel bangga “O ya? Selamat ya, udah tau kamu mau lukis
apa?” ujar bunda. Missel menggeleng kini giliran Shasa “Bun, kalo aku kemarin
dapat hadiah dari sapen ku nih,cantikkan?” pamer Shasa menujuk kalung di
lehernya. Dia tidak melihat mata Missel berbinar melihat kalung itu.
Malamnya,
“Bundaaaaaaa,
kalungku hilang!” jerit Shasa histeris, bunda tergopoh-gopoh “Ada apa nak? Kok
kamu teriak?” tanya bunda yang tidak mendengar dengan jelas jeritan Shasa.
“Kalungku hilang!” ulang Shasa “Kamu taruh dimana? Kok nggak di pake?” tanya
kak Diandra “Aku taruh di meja dekat kasur, sebelum berwudu aku sengaja
membukanya agar tidak cepat berkarat” jawab Shasa. “Kok bisa hilang ya?” ujar
kak Diandra setengah kepada dirinya sendiri. Dan akhirnya Shasa tidur dengan
perasaan gelisah.
Sudah tiga
hari kalung Shasa hilang, tiga hari itu juga Shasa mencari di rumah meneliti
setiap jengkalnya.
Malam keempat
kalung Shasa hilang. Keluarga itu sedang berkumpul di ruang keluarga.
“Kak, sebenarnya kalung
kak Shasa aku yang ambil” Missel mengaku “HAH?!” semua kaget, Missel tertunduk
lalu merongoh sakunya dan mengeluarkan kalung itu, “Kenapa kamu ambil?!” seru
Shasa sambil menyambar kalung itu dari adiknya. “Buat aku jadi contoh lukis,”
jawab Missel “Kenapa kamu nggak izin ke aku?” tanya Shasa gusar “Aku takut
kakak nggak izinin” “Huh! Memang nggak akan!” “Maaf kak” suara Missel mengecil.
“Baik lah aku maafkan tapi jangan di ulang, btw pas kakak periksa kamar kamu
kok nggak ada?” tanya Shasa (Ah sudah kayak polisi menginterogasi saja) “Aku,
taruh di dalam laci meja kecilku” “Kakak udah periksa” “Aku balut dengan sapu
tangan ku” jawab Missel. Semua tertawa, oh oh oh ternyata kalung itu hilang
diambil Missel untuk jadi lukisannya…
“Huh, jangan ketawa dong. Mis, lain
kali kalau mau melukis bilang aku aja biar aku jadi model buat di lukis” Cetus
Shasa. Tawa yang sudah berhenti kembali meledak…
Setelah bunda dan ayah memberi
nasihat. Keluarga kecil ini pun pergi tidur. Dan malam itu Shasa tidur dengan
tenang, begitu pula Missel sebenarnya dia juga merasa tidak nyaman kalung itu
diambilnya.
Dua hari kemudian,
“Bunda, bunda, lihat
ini!” seru Missel yang baru pulang main hari itu hari ahad, dia membawa
selembar kertas. “Apa ini Sayang?” tanya bunda sambil mengelap tangan beliau
yang basah karena baru saja selesai mencuci piring. “Ada lomba menulis bunda!
Temanya benda kesayangan ku boleh nyata boleh juga karangan dan seterusnya,”
jelas Missel. “Waaw, aku ikut!” seru Shasa dan kak Diandra yang dari tadi juga
ada di dapur. “Oke batas waktunya hingga tanggal 21 april!” ujar bunda. “HAH?!”
kak Diandra dan Shasa berpandangan “Tiga hari lagi dong?”
Sejak itu kak Diandra dan Shasa ber
kutat pada netbook masing-masing. Pulang sekolah langsung nulis!
“Bunda, cerita ku selesai!” seru
Shasa, saat itu dia mengetik di meja makan, dia suka sekali di sana karena
bermandikan cahaya matahari. Terang deh.
“Mana? Coba bunda lihat” bunda yang
sedang masak mematikan kompor dan membaca cerita Shasa.
“Kita kirim sekarang ya” ujar bunda
sambil menarik netbook Shasa dan membuka yahoo mail dan mengcopy pastenya
kemudian mengirim cerita Shasa tak lama kemudian kak Diandra turun sambil
bersorak girang tulisannya juga sudah selesai! “Waah, cerita kalian berdua
bagus. Mudah-mudahan menang” doa bunda. Mau tau Shasa menulis tentang apa?, Shasa
menulis tentang kalungnya yang sempat hilang itu lho, lalu kak Diandra menulis
tentang laptopnya yang pernah ke siram sama jus, kasihan ya kak Diandra…
Mudah-mudahan keduanya menang, atau
setidaknya salah satu dari mereka menang. Amiiiiin…
-------------------------------
Cerita ini aku kirim buat lomba Dar! Mizan tapi ga kepilih yaaa, biar kalian bisa baca juga...
Mohon kritikannya ya... di C box aja ga papa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar